“Aku
sangat ingin seperti Appa” kata Jae Min.
“Bagus,
jadilah detektif yang pemberani!” kata Appa. Terlihat Umma Jae Min keluar dari
dapur.
“Jadi,
kau tak mau seperti Umma?” kata Umma cemberut.
“Aku
sangat menyukai cupcakes Umma. Maka, aku ingin juga jadi pembuat cupcakes
seperti Umma” kata Jae Min. Cupcakes! Kue kecil itu memang sangat disukai oleh
Jae Min. Rasanya manis dan banyak hiasan di atasnya. Love Cupcakes! >_<
“Apa?!” teriak
Umma. Tubuhnya yang kecil terhuyung ke lantai. Apa yang terjadi? Jae Min kecil
melihatnya dari balik pintu.
“Umma, ada apa?
Kenapa kau menangis?!”. Umma tidak menggubris Jae Min dan memeluknya dengan
erat.
“Dimana dia?”. Umma
bertanya kepada seorang pria paruh baya yang sangat tidak dikenal oleh Jae Min.
“Dia tak selamat”
kata pria itu.
“Umma, siapa yang
tidak selamat?” Jae Min benar-benar ingin tahu siapa orang yang sedang mereka
berdua bicarakan.
“Apa kau Jae Min?”
kata pria itu lagi.
“Ye Ahjusshi,
Naneun Lee Jae Min imnida” kata Jae Min dengan polos tanpa tahu apa yang
sebenarnya terjadi.
“Kenapa Appa tidur
disini Umma?” Jae Min saat melihat tubuh Appanya yang terbaring di sebuah
ranjang rumah sakit. Ia berusaha mencerna apa yang telah terjadi. Kyaaa...!!
“Umma, apa
seseorang yang tidak selamat itu... Appa??” kata Jae Min dan matanya
berkaca-kaca. Ia tidak bisa menerima kalau Appanya sudah meninggal.
“Dia meninggal
karena jatuh dari atas gedung saat hendak menyelesaikan misi” kata Ahjusshi.
Jae Min terus menangis saat ia melihat tubuh orang yang sangat ia sayangi itu
sudah tak bernyawa.
“Ahjusshi, boleh
aku memeriksa Appa sebentar?” kata Jae Min. Ia mulai membuka kain yang menutupi
tubuh Appanya. Beberapa detik kemudian, ia tersentak, “Appa dibunuh!”.
Umma dan Ahjusshi
terkejut. “Apa maksudmu?” kata Ahjusshi.
“Kak Choi Dong Joo. Kakak! Dialah pelakunya!”
kata Jae Min yang sangat yakin bahwa kak Choi Dong Joo, mantan murid Appanya
itulah yang telah membunuhnya.
@Police office
“Ini... goresan
belati yang hanya dimiliki kak Choi. Ini cukup kan untuk jadi bukti?” kata Jae
Min.
“Tidak bisa! Ini
tidak membuktikan apapun!” kata seorang opsir polisi.
“Belati ini hanya
dimiliki kak Choi. Dia telah membunuh Appaku. Tidak bisakah kau berbuat adil?!”
kata Jae Min yang tidak ingin kalah.
“Sekali lagi,
Maaf!” kata polisi itu menutup perdebatan yang sudah berlangsung selama satu
setengah jam itu. Kalau tidak disudahi, ia hanya akan menanggung malu karena
kalah debat dengan anak usia 6 tahun.
Jae Min dan Umma
keluar dari kantor polisi dan masuk ke dalam mobil yang didalamnya sudah ada
Ahjusshi tadi. Mereka berjalan dalam diam. Jae Min hanya menatap jendela dan
sesekali mengusap embun yang terbentuk di jendela. Ekspresi wajahnya masih
masih sama meski sudah terlihat lebih baik. Ia masih sangat tertekan.
“Kak Choi, suatu
saat nanti, aku akan menemukanmu, aku akan bertanya mengapa kau bunuh Appaku
setelah itu, aku akan langsung membunuhmu!” bisik Jae Min dalam hati.
4 Years Later.....
“Lee Jae Min!!”
teriak seorang wanita dari belakang Jae Min.
“Aish.. Neo
Jinjja..!!” kata Jae Min. Ia adalah sahabat Jae Min sejak kecil. Yaitu Kang Eun
Soo.
“Kau mau kabur
lagi?” kata Eun Soo.
“Ahh.. It’s not
your business. Sekarang di pusat kota sedang ada kasus pencurian. Aku harus
pergi kesana. Ok, 1 2 3, GO!” katanya sambil berlari. Eun Soo sepertinya sudah
paham betul sifat sahabatnya itu.
Inilah Lee Jae Min
sekarang. Sejak appanya meninggal, ia tidak pernah memakai dress lagi setiap
keluar rumah. Ia selalu mengenakan jaket, kaos, dan jeans. Kehilangan appa
benar-benar menghapus jati dirinya yang sesungguhnya. Sudah berkali-kali
ummanya mencoba untuk membujuknya. Namun, ia tetap keras kepala. Menurutnya,
sejak appanya meninggal 4 tahun lalu, sebagian jiwa feminimnya juga hilang.
@Pusat kota Seoul
Jae Min berlari
menuju pusat kota Seoul. Ia melihat-lihat sekitar lalu menemukan apa yang
dicarinya. Sekelompok orang yang sedang berlari dan seorang lagi bertubuh
tinggi kurus berlari di depannya.
“Ahh.. itu dia!
Siap, 1 2 3, GO!”. Ia berlari lagi. Ia terus berlari mendahului kerumunan orang
dewasa itu.
“Ya!! Berhenti!!”
katanya sambil meraih punggung orang itu.
Jae Min berhasil
mendapat tas yang digenggam orang itu meski dengan sedikit perkelahian. Namun
pencuri itu segera mengambil kayu yang ada di dekatnya kemudian memukul kepala
Jae Min dengan kayu itu.
Darah segar keluar
dari kepalanya dan membasahi sebagian rambutnya yang panjang terikat. Pencuri
itu telah kabur karena datang beberapa orang polisi.
“Agaesshi, Neon
gwaenchanha?” kata seorang wanita paruh baya. “Ye, ini tas bibi, kan?” kata Jae
Min yang terus memegangi kepalanya yang terasa sakit.
“Ye. Neomu
gomawoyo. Mau kuantar ke rumah sakit?” kata ibu yang merasa iba.
“Ah.. Aniyo! Aku
ada urusan lain sekarang”. Ya tentu saja Jae Min harus kembali ke sekolah kalau
tidak mau masuk ke kantor kepala sekolah. Ia berdiri lalu berjalan dengan pelan
kembali ke sekolahnya. Kepalanya masih sangat terasa sakit.
@School
Ia memasuki pintu
gerbang sekolah kemudian memasuki lorong aula yang lengang. Tiba-tiba,
“Lee Jae Min!!”
kata seorang laki-laki dari belakangnya.
“Waa.. Lee Sonja
Songsaengnim!!”. Jae Min berusaha untuk melarikan diri tapi percuma saja, guru
Lee langsung meraih lengannya.
“Sudah kubilang,
jangan bermain-main terus!” kata guru Lee. Sudah berkali-kali Jae Min berurusan
dengan guru Lee. Tapi niat dan kesungguhannya untuk menolong orang sangatlah
besar. ‘Bagus, jadilah detektif yang pemberani’. Kata-kata itu selalu terngiang
di ingatannya.
“Kalau kau tidak
pintar, maka sudah kupastikan kau keluar dari sini sejak dulu!”. Semua
seongsaengnim di sekolah ini tahu kalau Jae Min adalah murid yang pintar.
Bahkan kecerdasannya diibaratkan anak yang berumur sepuluh tahun ini memiliki
kecerdasan setara murid kelas 2 SMA.
Setelah
mendengarkan ceramah guru Lee, Jaemin keluar dari kantor dan ia bertemu Eunsoo.
“Jae Min-ah!” kata
Eun Soo.
“Mwo?!” kata Jae
Min ketus.
“Kau kenapa lagi?
Sudah kubilang kan tidak usah kesana! Lihat, kau celaka, kan?!” kata Eun Soo
sambil membersihkan darah di kepala Jae Min. Tekadnya sangat bulat. Ia harus
menangani kasus kejahatan. Siapa tahu ada
orang yang selama ini ia cari.
“Ini, makan!” kata
Eun Soo menyuapkan sebuah kimbab ke mulut Jae Min. Eun Soo sangat menyayangi Jae Min. Ia sudah
bertekad untuk menjaga Jae Min sejak appa Jae Min meninggal.
“Ya! Mengapa kau
melamun? Ayo cepat makan!” kata Eun Soo. Jae Min tetap bungkam. Tiba-tiba saja
ia mengingat masa lalunya yang sangat menyedihkan.
“Aku mau pulang”.
“Kuantar ya?” kata
Eun Soo lembut.
“Kajja!” kata Jae
Min senang.
Di perjalanan,
mereka berdua sering sekali menjadi bahan lirikan orang.
“Jae Min, tidak
bisakah kau pergi sekolah dengan mengenakan rok saja?” kata Eun soo yang sudah
tidak tahan dengan lirikan orang disekitarnya itu.
“Mwo? Mworago?
Shireo!” kata Jae min yang terus berjalan.
“Tapi tidakkah kau
berfikir mereka seolah sedang berbisik ‘dia-itu-perempuan-atau-laki-laki’” kata
Eun soo jujur.
“Ayo kita pergi ke
ruang dance!” kata Jae min yang tidak ingin menambah panjang perdebatan dengan
sahabatnya itu.
@Sanggar dance
Mereka kemudian
berjalan menuju sebuah studio dance yang cukup besar dan biasa mereka datangi
berdua. Untuk masuk ke studio itu, mereka harus membayar 300 won untuk paket 1
jam. Namun ketika mereka masuk, di dalam ada seorang yeoja yang juga sedang
berlatih. Karena melihat mereka berdua, ia menghentikan latihannya.
“Maaf telah
mengganggumu” kata Jae min menunduk dengan sopan. Wanita itu tersenyum.
“Kalian,
perkenalkan ini Jung Ha ra, dia muridku disini” kata wanita itu.
“Ne?” kata Jaemin
terheran.
“Kau siapa?” kata
Eun Soo. Wanita itu kembali tersenyum.
“Kalau kalian ingin
tahu siapa aku, datanglah ke gedung SM Ent. Kami sudah selesai. Sekarang kalian
boleh menggunakan ruang ini.” Wanita itu kemudian berjalan keluar dan diikuti
oleh gadis yang kira-kira berusia 9 tahun itu.
@SM Entertainment
building...
“Seongsaengnim, kau
akan menggunakan mereka?” kata Ha ra. Guru Park tidak menjawab. Setelah
beberapa kali Ha ra bertanya, akhirnya guru Park Seung Hee berkata, “Ye, mereka
berdua memiliki masa depan keartisan yang luar biasa.
Ha ra bingung dan
bertanya lagi, “Mwo?”.
“Itu tergantung mereka. kalau mereka kembali
maka karir mereka akan sangat gemilang”. Ya, benar. Pelatih di SM Ent memang
selalu bisa mengetahui masa depan para traineenya.
@School....
“Mwo?! Kau mau ke
gedung SM Ent?” teriak Eun soo.
“Aku ingin tahu apa
maksudnya mengatakan itu.” Kata Jae min.
“Hanya itu?”.
“Sekalian aku mau
cari info tentang audisi SM” Kata Jae min.
Saat istirahat
pertama, Jae min berjalan ke belakang sekolah diikuti Eun soo.
“Ayo kita pergi!”
bisik Jae min.
“Kita? Kabur
gitu?”. Eun soo tidak percaya kalau sahabatnya itu akan mengajaknya kabur juga.
Belum sempat membantah lagi, ia sudah ditarik oleh Jae min.
“One Two Three,
Go!”.
Gimana gimana? Gaje banget ya? maklum, author amatir sih. gak apa apa deh, yang penting join my fanfiction. no protes, no bash ok? see you next part... :D
Gimana gimana? Gaje banget ya? maklum, author amatir sih. gak apa apa deh, yang penting join my fanfiction. no protes, no bash ok? see you next part... :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar