Rabu, 04 September 2013

Cupcakes LOVE (Part I)


“Aku sangat ingin seperti Appa” kata Jae Min.
“Bagus, jadilah detektif yang pemberani!” kata Appa. Terlihat Umma Jae Min keluar dari dapur.
“Jadi, kau tak mau seperti Umma?” kata Umma cemberut.
“Aku sangat menyukai cupcakes Umma. Maka, aku ingin juga jadi pembuat cupcakes seperti Umma” kata Jae Min. Cupcakes! Kue kecil itu memang sangat disukai oleh Jae Min. Rasanya manis dan banyak hiasan di atasnya. Love Cupcakes! >_< 

“Apa?!” teriak Umma. Tubuhnya yang kecil terhuyung ke lantai. Apa yang terjadi? Jae Min kecil melihatnya dari balik pintu.
“Umma, ada apa? Kenapa kau menangis?!”. Umma tidak menggubris Jae Min dan memeluknya dengan erat.
“Dimana dia?”. Umma bertanya kepada seorang pria paruh baya yang sangat tidak dikenal oleh Jae Min.
“Dia tak selamat” kata pria itu.
“Umma, siapa yang tidak selamat?” Jae Min benar-benar ingin tahu siapa orang yang sedang mereka berdua bicarakan.
“Apa kau Jae Min?” kata pria itu lagi.
“Ye Ahjusshi, Naneun Lee Jae Min imnida” kata Jae Min dengan polos tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi.
“Kenapa Appa tidur disini Umma?” Jae Min saat melihat tubuh Appanya yang terbaring di sebuah ranjang rumah sakit. Ia berusaha mencerna apa yang telah terjadi. Kyaaa...!!
“Umma, apa seseorang yang tidak selamat itu... Appa??” kata Jae Min dan matanya berkaca-kaca. Ia tidak bisa menerima kalau Appanya sudah meninggal.
“Dia meninggal karena jatuh dari atas gedung saat hendak menyelesaikan misi” kata Ahjusshi. Jae Min terus menangis saat ia melihat tubuh orang yang sangat ia sayangi itu sudah tak bernyawa.
“Ahjusshi, boleh aku memeriksa Appa sebentar?” kata Jae Min. Ia mulai membuka kain yang menutupi tubuh Appanya. Beberapa detik kemudian, ia tersentak, “Appa dibunuh!”.
Umma dan Ahjusshi terkejut. “Apa maksudmu?” kata Ahjusshi.
“Kak Choi Dong Joo. Kakak! Dialah pelakunya!” kata Jae Min yang sangat yakin bahwa kak Choi Dong Joo, mantan murid Appanya itulah yang telah membunuhnya.
           @Police office
“Ini... goresan belati yang hanya dimiliki kak Choi. Ini cukup kan untuk jadi bukti?” kata Jae Min.
“Tidak bisa! Ini tidak membuktikan apapun!” kata seorang opsir polisi.
“Belati ini hanya dimiliki kak Choi. Dia telah membunuh Appaku. Tidak bisakah kau berbuat adil?!” kata Jae Min yang tidak ingin kalah.
“Sekali lagi, Maaf!” kata polisi itu menutup perdebatan yang sudah berlangsung selama satu setengah jam itu. Kalau tidak disudahi, ia hanya akan menanggung malu karena kalah debat dengan anak usia 6 tahun.
Jae Min dan Umma keluar dari kantor polisi dan masuk ke dalam mobil yang didalamnya sudah ada Ahjusshi tadi. Mereka berjalan dalam diam. Jae Min hanya menatap jendela dan sesekali mengusap embun yang terbentuk di jendela. Ekspresi wajahnya masih masih sama meski sudah terlihat lebih baik. Ia masih sangat tertekan.
“Kak Choi, suatu saat nanti, aku akan menemukanmu, aku akan bertanya mengapa kau bunuh Appaku setelah itu, aku akan langsung membunuhmu!” bisik Jae Min dalam hati.
4 Years Later.....
“Lee Jae Min!!” teriak seorang wanita dari belakang Jae Min.
“Aish.. Neo Jinjja..!!” kata Jae Min. Ia adalah sahabat Jae Min sejak kecil. Yaitu Kang Eun Soo.
“Kau mau kabur lagi?” kata Eun Soo.
“Ahh.. It’s not your business. Sekarang di pusat kota sedang ada kasus pencurian. Aku harus pergi kesana. Ok, 1 2 3, GO!” katanya sambil berlari. Eun Soo sepertinya sudah paham betul sifat sahabatnya itu.
Inilah Lee Jae Min sekarang. Sejak appanya meninggal, ia tidak pernah memakai dress lagi setiap keluar rumah. Ia selalu mengenakan jaket, kaos, dan jeans. Kehilangan appa benar-benar menghapus jati dirinya yang sesungguhnya. Sudah berkali-kali ummanya mencoba untuk membujuknya. Namun, ia tetap keras kepala. Menurutnya, sejak appanya meninggal 4 tahun lalu, sebagian jiwa feminimnya juga hilang.
@Pusat kota Seoul
Jae Min berlari menuju pusat kota Seoul. Ia melihat-lihat sekitar lalu menemukan apa yang dicarinya. Sekelompok orang yang sedang berlari dan seorang lagi bertubuh tinggi kurus berlari di depannya.
“Ahh.. itu dia! Siap, 1 2 3, GO!”. Ia berlari lagi. Ia terus berlari mendahului kerumunan orang dewasa itu.
“Ya!! Berhenti!!” katanya sambil meraih punggung orang itu.
Jae Min berhasil mendapat tas yang digenggam orang itu meski dengan sedikit perkelahian. Namun pencuri itu segera mengambil kayu yang ada di dekatnya kemudian memukul kepala Jae Min dengan kayu itu.
Darah segar keluar dari kepalanya dan membasahi sebagian rambutnya yang panjang terikat. Pencuri itu telah kabur karena datang beberapa orang polisi.
“Agaesshi, Neon gwaenchanha?” kata seorang wanita paruh baya. “Ye, ini tas bibi, kan?” kata Jae Min yang terus memegangi kepalanya yang terasa sakit.
“Ye. Neomu gomawoyo. Mau kuantar ke rumah sakit?” kata ibu yang merasa iba.
“Ah.. Aniyo! Aku ada urusan lain sekarang”. Ya tentu saja Jae Min harus kembali ke sekolah kalau tidak mau masuk ke kantor kepala sekolah. Ia berdiri lalu berjalan dengan pelan kembali ke sekolahnya. Kepalanya masih sangat terasa sakit.
@School
Ia memasuki pintu gerbang sekolah kemudian memasuki lorong aula yang lengang. Tiba-tiba,
“Lee Jae Min!!” kata seorang laki-laki dari belakangnya.
“Waa.. Lee Sonja Songsaengnim!!”. Jae Min berusaha untuk melarikan diri tapi percuma saja, guru Lee langsung meraih lengannya.
“Sudah kubilang, jangan bermain-main terus!” kata guru Lee. Sudah berkali-kali Jae Min berurusan dengan guru Lee. Tapi niat dan kesungguhannya untuk menolong orang sangatlah besar. ‘Bagus, jadilah detektif yang pemberani’. Kata-kata itu selalu terngiang di ingatannya.
“Kalau kau tidak pintar, maka sudah kupastikan kau keluar dari sini sejak dulu!”. Semua seongsaengnim di sekolah ini tahu kalau Jae Min adalah murid yang pintar. Bahkan kecerdasannya diibaratkan anak yang berumur sepuluh tahun ini memiliki kecerdasan setara murid kelas 2 SMA.
Setelah mendengarkan ceramah guru Lee, Jaemin keluar dari kantor dan ia bertemu Eunsoo.
“Jae Min-ah!” kata Eun Soo.
“Mwo?!” kata Jae Min ketus.
“Kau kenapa lagi? Sudah kubilang kan tidak usah kesana! Lihat, kau celaka, kan?!” kata Eun Soo sambil membersihkan darah di kepala Jae Min. Tekadnya sangat bulat. Ia harus menangani kasus kejahatan. Siapa tahu  ada orang yang selama ini ia cari.
“Ini, makan!” kata Eun Soo menyuapkan sebuah kimbab ke mulut Jae Min.  Eun Soo sangat menyayangi Jae Min. Ia sudah bertekad untuk menjaga Jae Min sejak appa Jae Min meninggal.
“Ya! Mengapa kau melamun? Ayo cepat makan!” kata Eun Soo. Jae Min tetap bungkam. Tiba-tiba saja ia mengingat masa lalunya yang sangat menyedihkan.
“Aku mau pulang”.
“Kuantar ya?” kata Eun Soo lembut.
“Kajja!” kata Jae Min senang.
Di perjalanan, mereka berdua sering sekali menjadi bahan lirikan orang.
“Jae Min, tidak bisakah kau pergi sekolah dengan mengenakan rok saja?” kata Eun soo yang sudah tidak tahan dengan lirikan orang disekitarnya itu.
“Mwo? Mworago? Shireo!” kata Jae min yang terus berjalan.
“Tapi tidakkah kau berfikir mereka seolah sedang berbisik ‘dia-itu-perempuan-atau-laki-laki’” kata Eun soo jujur.
“Ayo kita pergi ke ruang dance!” kata Jae min yang tidak ingin menambah panjang perdebatan dengan sahabatnya itu.
@Sanggar dance
Mereka kemudian berjalan menuju sebuah studio dance yang cukup besar dan biasa mereka datangi berdua. Untuk masuk ke studio itu, mereka harus membayar 300 won untuk paket 1 jam. Namun ketika mereka masuk, di dalam ada seorang yeoja yang juga sedang berlatih. Karena melihat mereka berdua, ia menghentikan latihannya.
“Maaf telah mengganggumu” kata Jae min menunduk dengan sopan. Wanita itu tersenyum.
“Kalian, perkenalkan ini Jung Ha ra, dia muridku disini” kata wanita itu.
“Ne?” kata Jaemin terheran.
“Kau siapa?” kata Eun Soo. Wanita itu kembali tersenyum.
“Kalau kalian ingin tahu siapa aku, datanglah ke gedung SM Ent. Kami sudah selesai. Sekarang kalian boleh menggunakan ruang ini.” Wanita itu kemudian berjalan keluar dan diikuti oleh gadis yang kira-kira berusia 9 tahun itu.
@SM Entertainment building...
“Seongsaengnim, kau akan menggunakan mereka?” kata Ha ra. Guru Park tidak menjawab. Setelah beberapa kali Ha ra bertanya, akhirnya guru Park Seung Hee berkata, “Ye, mereka berdua memiliki masa depan keartisan yang luar biasa.
Ha ra bingung dan bertanya lagi, “Mwo?”.
 “Itu tergantung mereka. kalau mereka kembali maka karir mereka akan sangat gemilang”. Ya, benar. Pelatih di SM Ent memang selalu bisa mengetahui masa depan para traineenya.
@School....
“Mwo?! Kau mau ke gedung SM Ent?” teriak Eun soo.
“Aku ingin tahu apa maksudnya mengatakan itu.” Kata Jae min.
“Hanya itu?”.
“Sekalian aku mau cari info tentang audisi SM” Kata Jae min.
Saat istirahat pertama, Jae min berjalan ke belakang sekolah diikuti Eun soo.
“Ayo kita pergi!” bisik Jae min.
“Kita? Kabur gitu?”. Eun soo tidak percaya kalau sahabatnya itu akan mengajaknya kabur juga. Belum sempat membantah lagi, ia sudah ditarik oleh Jae min.
“One Two Three, Go!”. 

Gimana gimana? Gaje banget ya? maklum, author amatir sih. gak apa apa deh, yang penting join my fanfiction. no protes, no bash ok? see you next part... :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar